Well,, hidup itu ternyata baiknya jangan yang terlalu mulus. Tapi juga jangan terlalu bergejolak. Ternyata, gejolak itu yang bikin hidup lebih berwarna. Ga perlu sama seperti Dilan-Milea atau Rangga-Cinta yang banyak bikin orang baper. Tapi setidaknya gejolak kalo dirangkai bisa jadi buku pembelajaran yang baik buat kita. Lebih bagus lagi bisa jadi cerita buat anak cucu kita.
Ngomong-ngomong tentang anak cucu, entah kenapa aku jadi ingin menuliskan beberapa cerita tentang suatu malam. Kurang dari 24 jam kurasa, tapi kalo diimaijinasikan pasti bisa deh jadi 1 novel. Gamau kalah dong sama Pidibaiq, Andrea Hirata, bahkan sama Raditya Dika yang bisa menuangkan kisah-kisah dalam sebuah drama.
Mungkin aku bakal banyak bercerita supaya jadi self-learning. Karena ternyata kusuka memiliki sahabat elektronik. Banyak pelajaran yang kubaca dari blog dokter sebelah. Kenapa gabisa kubuat juga disini. Spesialisasi sih ga ada macam dokter sebelah, tapi nekat kan ada. Hahahaha...
Special sih gift for his marriage (preparation). Hope you happily ever after. Kyaaaa~~~
Pernah ga sih di hidup ini dihadapkan sama pilihan. Bagi yang udah berumur perak sepertiku ini pastilah ada. Sesepele memilih minum brotowali atau kopi. Memilih sekolah dimana. Bahkan untuk melingkari pilihan ganda UN.
Disini, ku mau merefleksikan diriku bagai kopi. Kafein addict pasti ngerti deh nikmatnya kopi :). Secangkir kopi hangat di dinginnya hujan apalagi #duuhhh #laluseduhkopi. Tapi tau kaann kopi itu ga bagus buat lambung perantau? Lambung lemah langganan opname karena magh apalagi. Aku bersama langganan kolaps karena magh #piss. Kalo jamu brotowali gimana? Jamu brotowali tuh pahit. Sepahit kopi kan? Atau malah pahitnya amit-amit jabang bayi. Hahaha. Nikmatnya dimana tuh?? Aku tau sih ada beberapa orang yang suka makanan pahit macam pare. Tapi doyan sama brotowali tuhhh iyuuhh menurutku.
Back to kopi. (mungkin) bagi orang lain hidupku itu kopi buatnya. Pahit sih, tapi enak. Kopi itu rasanya khas, susah diubah. Bagiku, euforianya ada disana. Nah, bagiku yang masih berprinsip teguh ini (bisa dibilang kolot, atau bebel sih sebenernya) kuikuti dan kunikmati alurnya. Cuma disini ku bisa nakal bareng, cuma saat itu ku tentang beberapa aturan, karena disitu euforiaku. Turuti semua keinginannya seperti mencecap rasa kopi itu sendiri. Seperti lambung yang ingin lidah terus mencecap nikmatnya kopi. Ga peduli kondisi baik buruk dirinya.
Blam! Tenyata rasa kopi ga selalu nikmat. Ketika lidah mulai hambar dan lambung sudah ga kuat lagi. Keduanya masih menyembunyikan kekalutannya dan tetap berpegang pada 'kopi ini enak' atau 'kopi ini untuk menyenangkan hatinya' maka muncullah sebuat quote di bawah ini
'kita sudah berada di tepi jurang. Kemana kita akan melangkah'
In one side, ada yang ingin di tarik ke atas dan mundur ke tempat datar untuk mempertahankan 1 makna seperti 'kopi ini enak dan akan tetap enak'.
In other side, ada yang menginginkan. Terjun ke jurang bersama. Entah, mungkin lebih nikmat jika dimulai dari bawah bersama.
See,, ga ada yang menginginkan untuk melepas satu sama lain. Tapi ternyata dalam masa recovery dari bawah masing-masing melupakan bahwa 'kopi ini enak'. Mungkin terbawa arus air sungai yang mengarah ke semua penjuru.
Kenapa deh inj bisa terjadi? Ternyata ego masih bermain disini. Ga ada yang mau terlihat lemah satu sama lain. Berusaha kuat dan tabah di depan yang lain. Ga akan berani muncul ke daratan kalo belum merasa kuat yang bikin pride nya terlukai sehingga tanpa sengaja memperlihatkan kelemahan di tempat lain. Stupid. Tapi kita gabisa mendikte orang kan?? Karena belajar yang menyenangkan adalah ketika tidak merasa di gurui.
Nah,, sekarang jamu brotowalinya udah boleh masuk belum? Kasian daritadi nungguin tapi ga dipanggil-panggil. Hahaha. Tenaang disini bukan peran jahat kok. Hanya sebagai pengingat that life must go on. Karena kita ga mungkin membenci kopi karena kita sudah terlalu banyak meminumnya kan? Tapi kita butuh merepresentasikan rasa pahit yang lain. Karena rasa pahit itu bukan hanya dari kopi. Karena pahitnya brotowali ini bisa menyembuhkan luka #eh (tapi coba googling deh khasiat brotowali 😂) dia juga aman di lambung dan meningkatkan nafsu makan #eh
Katanya sih, nikmat itu kalo memulai dari bawah. Sama-sama tau dari bawah dan ga akan meremehkan salah satu pihak. Tapi siapa sih yang menginginkan ada di titik zero. Poin terendah dalam hidup? Semua pasti hitung lagi bibit, bebet, bobot. Jadi zero nya masih punya masa depan lah anggapannya. Ya kan? Mereka yang memulai dari titik bawah biasanya lebih strong dan tidak mudah tercerai berai bagai sobekan kapas. Beda dengan batu yang terlihat kokoh dan kuat dengan bibit bebet bobot (terlihat) oke namun ternyata dalamnya mulai lapuk.
Okee,, karena kisahnya sudah mulai mbulet ga jelas seperti saya dan brotowali cuma muncul sebentar dan diabaikan (hahaha) maka sesugguhnya aku hanyalah kopi yang tau kesenangan sesaat (yaaa masih muda pas itu. Tapi di umur segini belum menjamin juga sih) dan lemah terhadap asam lambung. Hahaha. Yaaahb lagi-lagi emang tentang quality kan bukan quantity.
You are doing a good job. Asal jangan kembali ke jurang yang sama hohoo. I am not a marriage counselor, but I pray for your better life. Sincerely.
Aku ga berharap silaturahmi ini masih jalan dengan baik nantinya. But, I will appreciate it :). (ga mau ada pelakor atau sebaliknya T.T)
Sepertinya kisah kurang dari 24 jam tadi bakal menginspirasi banyak cerita lain (semoga inget buat ditulis). Tapi kisah yang ini kita akhiri saja karena si empunya ga bakal ngerti soalnya ga doyan kopi. #ups #piss
Pages
▼