Pages

Sabtu, 22 Mei 2021

Pandemonium’s Journal: Tangga Rumah

 

Beranjak ke usia baru bagi sebagian orang adalah waktu untuk berpesta, namun bagi sebagian lainnya adalah untuk merenung. I do both because I have kind of circle. Pagi hingga sore mungkin bisa kuhabiskan dengan bersenang-senang, tapi malam hingga pagi bisa dibilang sudah berganti deep talk, tentu saja dengan support system yang berbeda.

Bukan, bukan memiliki kepribadian ganda atau bahkan (((bermuka banyak))).Hanya saja rasanya memang begini cara menempatkan diri yang benar. Mana mungkin me at office adalah 100% me at home dooong. It’s literally different me, but still the real of me. (((r e a l m e))). Eh kok iklan.

In part of this universe, aku dikenal sebagai anak muda yang disegani oleh kawan-kawannya yang lebih tua namun dilindungi karena masih kecil. Bingung kan? Aku aja bingung. Seperti yang memang seharusnya terjadi di malam ini para tetua ini membahas mengenai ‘partner’ hingga dini hari. Tetua di sini maksudnya bukan orang tua yang jauh disana ya, tapi my-older-friends karena mature itu relatif bukan?

In the middle of office-underpressure-which-drain-a-lot-of-energy, we choose to discuss this uderpressure like hell! sungguh mencari masalah bukan? Karena kami hanyalah makhluk yang sedang berusaha dengan variable yang bisa kami ubah because 'it' in God’s hands, right? truly, I have no make a wish this year. I believe in prayer comes to me. I believe I have a lot care people around me. God has his on way. Begitulah kira-kira

Ngomongin tangga dan rumah bukankah kita bisa mempersiapkan semuanya sebelum memasukkan tangga tersebut ke dalam rumah? Tapi sebagai orang yang buta masalah domestik, setidaknya 2 tahun terakhir akhirnya terjun juga mengurusi masalah domestik.

Yup, betul banget kalo dibilang ini semua terjadi setelah pindah lapak. Setelah pindah lapak tentu saja semua dikerjakan by all member (eh ga ding, masih dibantu oleh penjaga rumah yang suka bantu-bantu) hihihi. Setidaknya semakin muncullah permasalahan yang mucul dari 4 kepala yang berbeda (Untung kalo nikah 2 kepala aja ya, kalo kebanyakan pusing!) mungkin ini kali ya yang bikin millennial memilih tinggal di apartmen daripada beli rumah sendiri. Ribet! Asli! Perkara serbet aja bisa jadi masalah. Bahkan ini juga yang sempet buatku ngeluarin statement ‘ga akan main rumah-rumahan lagi deh kecuali sama partner hidup’ but no one knows kan?


Di kehidupan domestic yang tiada akhir itulah, setengah tahun terakhir ini malah dikasi kepercayaan bertanggung jawab atas domestic kantor. Bisa dibayangkan kan mengurus sesuatu yang tidak benar-benar milikmu! Segala debu menempel kan bisa jadi pikiran dongg. Untungnya sih banyak kelonggaran untuk domestic kantor terutama di bagian budget, jadi bisa lebih berkreasi lah yaa. Karena walaupun dinding rumah ksudah mulai buluk tentu dinding kantor teteup harus shinning shimmering splendid doong so I started to enjoy this complicated domestic things karena wanita mana tidak suka berbelanja (kalo duitnya ada)