Pages

Jumat, 13 Agustus 2021

Pandemonium’s Journal: Pengorbanan di bulan kurban

 

Bhinneka Tunggal Ika, sebuah kutipan dari kitab Sutasoma yang kini menjadi prinsip persatuan di Indonesia. Yah, walapun tanpa kepaknya (if-you-know-what-i-mean) tapi kuyakin maknanya cukup dalam bagi warga Indonesia, aku salah satunya. Menjadi kaum minoritas ternyata sebuah ketakutan buatku. Hampir pasti menghindari sesuatu jika harus menjadi minoritas, misal menjadi satu-satunya perempuan di sarang penyamun, ataupun bepergian ke tempat dimana akan menjadi minoritas. Yup, bagi warga minoritas (terutama di Indonesia) I stand with you. Ga gampang emang jadi minoritas. Bukan ga mungkin ngerasa tersisihkan walaupun itu ga terjadi, karena perasaan kitalah yang bikin kita bertindak seperti yang kita lakukan sekarang.

Lebih dari setengah tahun akhirnya hidup sebagai minoritas (beda kepercayaan dengan housemates). Bukan masalah kepercayaan aku percaya kepadanya dya tak percaya kepadaku adudu aaa #curhat tapi kalo tentang agama bukankah agamaku agamaku, agamamu agamamu. Betul tidak mamah Dedeh?


Ngomong-ngomong tentang agama, ku pernah bercanda dengan seorang kawan, begini kisahnya

C: *buka pintu, kaget ada banyak sembako dan bahan makanan lain di dalam rumah* Kak, what really happened? Banyak banget barangnya?
B: Nothing. Cuma mau meng-clear-kan apa yang ada di kepala. *taudooong salah satu pelarian wanita kalo lagi mumet.B-E-L-A-N-J-A*
C: WOW, kupikir kamu beragama bonusan, ulang tahun, dan *insert hari besar agama*
B: sedang ada pengecualian….

Maksud agama disitu sebenernya hanya menandai ritual/aktivitas seorang kawan di waktu-waktu tertentu. Karena yangbersangkutan melakukan di hari besarku, jadi agak speechless.


Balik lagi ke perbedaan-perbedaan itu, mereka ikut merayakan (lebih kearah hedon dalam menandai sesuatu) hari terakhir sebelum puasa, berbuka puasa bersama, dan menanyakan ketika tidak ibadah bersama. Walaupun di lain hari mereka ngajakin minum alcohol sih 🤣🤣

Bulan lalu adalah saatnya umat seagamaku melaksanakan kurban (bagi yang mampu). Sudah pasti ada hal yang menarik bagi mereka yang tidak seagama, you know lah bukan maknanya, lebih kepada apa tradisi yang ada. Kali tradisi berbagi daging kurban, mereka heboh sekali apakah akan dapat atau tidak padahal akumah biasa aja (alias kada bisa masaknya pun, mending beli steak atau sate aja selesai permasalahan kehidupan duniawi). Lalu apa yang terjadi?

Setelah menunggu dengan pasrah dan sedikit tidak sabar (apalah) ternyata kaum-kaum dengan love language menerima hadiah alias jiwa anak kos ini mendapat sedikit keberuntungan di tahun ini alias Yeay dapat daging!

Masalah selesai?

Tentu tidak!

Dikarenakan apalah hamba tanpa kulkas yang sedang rusak dan semua bahan makanan diungsikan ke tetangga sebelah lalu mendapat daging yang tidak mungkin dimasak hari ini dikarenakan tidak ada bumbu pendukung masaknya. Kira-kira apa yang kita lakukan?

Memasak hari itu dengan konsekuensi mencari bumbu di toko-toko maupun pasar terdekat?

No!

Diberikan ke orang lain?

BIG NO untuk kaum oportunis seperti mereka (eh hamba juga) ini

Trus gimana dong?

Nitip ke kulkas tetangga sebelah?

Hmmmm,,

Yup, seperti yang sudah diduga-duga,,,,

Jeng jeng jenggg

Dengan berbagai privilege yang kami punya, di tanggal yang amat sangat tua bagi kami yang bergaji di akhir bulan, kami menghubungi beberapa toko elektronik, menanyakan stok kulkas, menawar ke owner (privilege seorang kawan) dan meminta dikirim hari itu juga di-tanggal-merah-libur-hari-raya-keagamaan.

Tunggu tunggu tunggu

Masa sih mengorbankan sisa gaji untuk seplastik daging kurban yang sebenernya mungkin kapan-kapan masih bisa kami beli, yang akhirnya kami masak beberapa hari kemudian.

Bener-bener sebuah pengorbanan di bulan kurban



#ketikasebuahlogikakesimpendikulkas




pic: thepentols