Hai,, hari ini saya mau sedikit share mengenai blog yang lagi viral banget. Kalo sempet bisa buka sendiri di blog
http://kucinghitamjalanjalan.blogspot.co.id/2017/03/halo-selingkuhan-suami-saya.html?m=0
Jadi, ceritanya si ibu ini sedang curhat mengenai perselingkuhan yang dia merasa sebagai korban. Kenapa dibilang 'merasa'? Karena saya pun hanya membaca curhatannya saja tak tau kejadian sebenarnya. Bisa jadi dari pihak lain ibu ini dianggap terlalu berlebihan. Tapi dari sisi ibu ini pasti beliau sedang berusaha sekuat tenaga menenangkan hatinya 😊.
Memang, perpisahan itu berat. Apalagi kalo masalahnya karena perselingkuhan. Berpisah baik-baikpun terkadang beberapa orang masih berpikir, 'haruskah kubertahan?', 'sampai kapan harus bertahan?', 'pantaskah dya untuk saya perjuangkan?' Dan banyak pikiran lainnya. Adapula pikiran 'sudah sejauh/sebanyak ini, sampai disini saja kah?'.
Nah, kalo yang terakhir itu pernah terngiang lama di diriku hehe 😅.
Di sebuah masa ketika kebanyakan teman saya sudah mengalami quarter life crisis ato bahkan pre quarter life crisis 😅 (ato apalah sebutannya karena belum juga 25 tapi galaunya mengalahkan yang usia >25thn). Lingkungan sekitar sedang berusaha tampil maksimal supaya segera mendapat jodoh, bermesraan dengan orang-yang-dianggap-jodohnya ✌, dan bahkan ada yang bersiap untuk menuju level yang lebih tinggi dan SAH tentunya. Sedangkan saya yang afterbreak tapi ga balikan lagi memutuskan menikmati hari-hari saya.
Ketika saya merasa lambat mengalami life crisis tersebut karena merasa belum waktunya memikirkan itu (walopun punya target) seorang sahabat mengajak deep conversation walopun awalnya cuma penasaran kenapa saya 'terlihat' santai 'sendiri' diantara teman-teman yang sibuk tampil (yang tentunya hanya bisa dibales nyengir)😩😩.
Dia bercerita bahwa after married is her focus that night. Bahwa temannya ada yang mengalami permasalahan aftermarried bahkan ada yang divorce. Hanya waktu yang lebih singkat dibandingkan lama waktu pacaran dulu. Bahwa semua masa perkenalan dulu itu tak menjamin nantinya. Bahwa bagaimana afterdivorce, nilai-nilai keluarga, dan nilai-nilai lingkungan. Karena yang berat adalah nilai lingkungan. Judge mereka lebih kejam untuk hati yang sudah tersayat. Hidup memang tak seindah cerita cinderella. Huft 😣
Lalu di lain tempat dan waktu ada teman yang tiba-tiba nyeletuk dan menunjuk arah sekumpulan wanita rekan kerja. Celetukannya kira-kira begini 'jadi dari semua (wanita) yang ada disana itu hanya 1 yang ada suaminya?' (Maksudnya yang lain divorce dengan atau tanpa meninggalkan anak).
Dua cerita diatas ditambah ketidakmudahpercayaaan saya dengan orang lain menjadi kombinasi yang lengkap untuk takut berkomitmen (tepat seperti yang telah diperkirakan seorang sahabat). Bukan takut untuk menjauhi, karena itu sudah kodrat. Hanya ketakutan berkata 'ya' dan bertanggung jawab dengan jawaban itu. Apakah harus menunggu sampai 'klik' atau harus berlari mengejar resiko.
Yaa kalo menunggu dan nantinya judul lagu sih gapapa,
Dahulu kita terbiasa
Selalu menunggu terus menunggu
Berharap datang seseorang
Untuk melengkapi kisah hidup ini
Terlalu sulit melangkah
Tuk temukan yang selalu dinantikan
Rizky febian-penantian berharga
Tapi kalo nantinya justru seperti film Byousoku 5 Centimeter kan sad ending
Itsudemo sagashite iru yo dokka ni kimi no sugata wo
Mukai no HOOMU roji ura no mado
Konna toko ni iru hazumonai no ni
Negai ga moshi mo kanau nara ima sugu kimo no moto e
Dekinai koto wa mou nani mo nai
Subete kakete dakishimete miseru yo
One more time one more chance- MASAYOSHI YAMAZAKI
Tahun ini nampaknya zona nyaman terusik dengan quarter life crisis. Semoga tidak ada kata terlambat. Semangat!!!