Pages

RSS

Welcome to my Blog
Hope you enjoy reading.

Minggu, 30 September 2018

#berhentisejenak sedekat itu

Tau kan kalo berlebihan itu gak baik?

Berlebihan bekerja
Berlebihan berfikir
Berlebihan mencintai
Berlebihan makan
Apapun itu.


Seminggu sudah teguran itu datang dengan memaksa mengistirahatkan badan dari segala aktifitas di saat semua justru sedang hectic. Tapi apa daya ketika badan yang meminta.
Seminggu sudah berhenti memuaskan pencernaan dengan semua yang memikat mata dan mulut. Demi kesejahteraan lambung.
Seminggu sudah berjuang sendiri tanpa keluarga/orang terdekat karena semua sudah 'hidup sendiri-sendiri'. Well, may it people says when home not like home anymore. #baper

Ketika masa penyembuhan tiba, ternyata teguran belum selesai datang. Walaupun hanya berupa 'sisa' gempa tapi dampaknya sungguh luarbiasa.


Sedikit ingin bercerita, kota ku merantau tidak dilewati oleh cincin api pasifik yang artinya aman dari gempa sehingga penduduknya pun awam terhadap situasi gempa. Tapi ketika gedung 7 lantai kantor kami 'berguncang' sambil terperangah dan shock kami keluar dari gedung dan mengura ada yang salah dengan kantor kami. Belum sempat tenang, ketika mencari tau apa yang terjadi saya berhenti pada kata 'berpotensi tsunami' setelah rangkaian kalimat 'terjadi gempa 7,7 SR di Palu'.

Otomatis kepala langsung menoleh ke hamparan laut yang ga sampai 50 m di hadapan saya. Memang benar Balikpapan dan seluruh aktifitasnya berada di pesisir pantai, maklum saja jalan utamanya mengikuti alur pantai. Jadi ketika ada tsunami seberapapun tingginya (yang syukurnya tidak terjadi) pasti akan memakan banyak korban.


Ps: gambar diatas diambil dari gedung kantor saya


Ternyata sedekat itu saya dengan ajal jika yang berkuasa mengijinkan. Alhamdulillah masih diberi umur dan dikembalikan sehatnya. Sedikit bersyukur karena keluarga di rumah ga tau kalo Palu dan Balikpapan sedekat itu dan pusat gempa sedekat itu dengan posisi saya saat ini. Apa yang terjadi jika Allah menghendaki tsunami bukan bergerak ke timur tapi ke barat. Masihkah saya disini?


Minggu, 16 September 2018

Crazy Rich Asians, Rich People, and Crazy Lifestyle



Nonton film ini bener-bener tanpa ekspektasi. Belum pernah baca trilogi bukunya sekalipun. Baru notice pas uda ada trailernya. Film ini cocok ditonton sama kamu yang sudah punya pacar dan berniat lanjut ke jenjang selanjutnya. Ceritanya tentang Rachel Chu, profesor ekonomi, yang bakal datang ke rumah pacanya, Nick Young, di Singapura. End.

Eh, belum ya. Ceritanya si Rachel mulai gelisah dan tentu surprise kalo pacarnya ternyata dari keluarga berada. Pelajaran pertama nih, jangan terlalu cuek-cuek banget ama pacar, nanti kaget kaya Rachel. Padahal kepo kan kemampuan utama cewek ya. Hihihi. Nah kalo Nick ini yaa berlaku layaknya orang kaya pada umumnya, maksudnya kalo misalnya mereka punya ART 4, punya mobil limited edition yaudah, sampe situ aja ceritanya. Mereka menganggap itu hal biasa bagi mereka dan bukan hal yang yang di pamerin. Inget punya temen yang kemana-mana naik mobil jaman sekolah dulu. Kalo ditanya alasannya gampang aja jawabnya, “iya, di rumah engga ada motor. Adanya ini aja”. Udah gitu aja. Lumrah aja menurut dia.


Mungkin alurnya gampang ketahuan ala-ala FTV gitu, orang tua/keluarga ga setuju, temen-temen yang iri, tapi punya peri baik di sampingnya dan yang pasti happy ending. Bersyukurnya ini gak jadi FTV atau drama series semata mengingat lokasi syuting dan art designernya yang WOW banget. Mungkin tipsnya kalo mau taklukin calon mertua harus belajar psychological games ala Rachel, siapa tau orang tuanya luluh. Ingat, orang Asia cenderung memiliki ambisi untuk membentuk hidup anaknya termasuk orang Indonesia. Gak jarang udah disekolahin ke benua seberang tetep aja endingnya lanjutin ‘toko’ orang tuanya.


Menurut penulisnya, Kevin Kwan,  cerita ini terinspirasi dari kehidupan masa kecilnya. Kira-kira beliau diperanin siapa ya, karena beliau saat ini sudah pindah ke Amerika. Terlepas dari itu ada beberapa peran yang ku suka.
  • Peik Lin: Peik Lin ini kayaknya emang jadi ice breakernya. Udah kaya tapi merasa masih kalah kaya. Unik tapi tetep tau tempat dimana dia berdiri. Paling lucu pas tau dia simpan ‘baju aib’ aib di mobilnya. Hahaha.
  • Oliver: punya kenalan yang karakternya kaya Oliver. Apapun yan keluarga Young butuhkan pasti bisa di lakuin. Sama seperti kenalanku, jadi new money karena ‘serve a purpose’ old money dari gali tanah sampai bikin kebun binatang. Fyuh.  Oiya, orang kaya ga pernah ngerasa dirinya kaya kan ya. Sedikit cerita kalo kenalan ini suka sama action/cartoon figure. Sempet nanya tentang salah satu koleksinya yang mirip hadiah dari fastfood tiba-tiba dia bilang. “iya betul dari fastfood. Yauda kan aku beli semua karakternya tuh berarti beli sekian porsi kan ya. Hadiahnya ku ambil, makanannya ku bagi ke tukang becak di pinggir jalan” #shocked. Behind scene bagi-bagi makanan sampe didoain sungguh-sungguh sama tukang becak.
  • Astrid: notice sama percakapan terakhir Astrid sama Michael yang intinya kurang lebih bahwa bukan tanggung jawabnya buat jadikan Michael gentle and brave. Jadi ingat bahwa kebahagiaan kita bukan tanggung jawab orang lain. 

Jaman film fifty shades banyak cewek jadi punya impian lamaran romantis di atas helikopter. Kalo ngeliat ini kira-kira bakal berubah ga ya harapan lamaran romantis jadi deep-conversation aja. Lumayan kan duidnya bisa dipake buat yang lain (langsung cowok-cowok pada seneng ada yang menyampaikan kata hatinya. Hahaha). At least, comedy romantic ini menghibur weekend ku walaupun after credit buka hp banyak banget chat group dan japri yang harus dibalas dari yang-mulia-pak-bos-yang-abis-reject-training saya. sekian


Rabu, 12 September 2018

Searching and Media Social

Gara-gara sebuah akun yang terus-terusan promoin film ini jadilah saya memaksa beberapa temen saya buat nemenin nonton film ini. Perlu di garisbawahi 'memaksa' yang kumaksud. Jadi film ini emang ga banyak tersiar dan diiklankan, buktinya jumlah layarnya dikit karena ga semua bioskop nayangin. Bayangin aja, aku harus dateng ke bioskop yang paling jauh dari rumah dan kantor gara-gara kepengen nonton ini. Lalu yang ke dua, ketika uda kepengen banget nonton waktunya cuma h-1 akhir bulan 😂. Kuli corporate pasti tau kalo besok bakal lembur 😂

Film ini menceritakan kisah sang ayah dalam mencari anaknya yang tiba-tiba menghilang #findMargot. Kelihatan banget kalo mereka termasuk keluarga yang kurang ekspresif. Wajar aja sih, secara tinggal berdua dan jenis kelamin berbeda pasti cara pemahamannya berbeda. Udah gitu ternyata mereka memendam rindu sama ibu/istri yang udah meninggal. Di sini sang Ayah diceritakan walaupun bukan golongan hi-tech tapi insting orangtua jalan banget.

Sebelumnya mau ngucapin terima kasih buat editornya yang uda bikin tampilannya cakep kayak kita sendiri yang lagi buka laptop 👏👏 #applause. Balik lagi ke cerita, sang Ayah ini berusaha mencari tau dimana anaknya dari history-history social media nya bahkan sampe hubungi semua friendlist list anaknya. Tentu aja film ini cocok buat orang tua biar ga gaptek-gaptek amat supaya ga dibohongin anaknya #justpreventif. Tapi amat sangat tidak cocok di tonton bersama pacar posesif atau yang gampang gundah gelisah kalo pacaranya ga ngasi kabar hahaha #piss.

Karena ga mau spoiler cuma mau bilang ceritanya bagus. Kebawa sama ceritanya dan ga ngantuk walaupun kelar nonton midnight juga. Tapi plot twist di akhir kecepetan. Huhuhu. Berhubung uda kena spoiler banyak jadi ngerti siapa tersangka sesungguhnya. Menurutku ini film ter-kepo sepanjang masa, dan ngajarin kita buat kepo. Beberapa pelajaran yang bisa dipetik dari film ini antara lain sering-seringlah clear search history biar laptop ga nge"hang" #eh maksudnya biar ga gampang dikepoin, jangan gampang share data di social media terutama yang masi di bawah umur nih, dan yang terakhir saatnya bicara saatnya sariwangi #iklan.

Sebenernya sampe sekarang maaih heran juga kenapa banyak dari kita kecanduan sosial media ya. Dari yang simbol "F", "P", gambar burung, sampe gambar camera bahkan mungkin masih banyak lagi. Dan cewek "terutama" pintar menyambung-nyambungkan semua menjadi suatu cerita utuh apalgai kalo intelegensia nya (kalo gamau disebut kepo #pfft) tinggi. Anywhere anytime yang penting koneksi dan baterai ada capcus buka social media. Semoga bukan bentuk kecanduan ya #ups 🙈


Selasa, 11 September 2018

#telisik September

Berada di bulan September itu ibarat mendapatkan permen sebanyak-banyaknya.
Menggiurkan.
Tapi harus menahan karena tau akibat dibelakangnya.

September tak pernah menjadi bulan yang menenangkan.
Selalu menegangkan.
Tak peduli sekarang.
Ketika semua sudah berlalu.
Bahkan detak jantung tak berkompromi.
Tak masuk akal.
Bekerja telalu keras disaat ingin istirahat.
Gelisah.
Seperti ada yang ditunggu namun telah hilang.
Apapun itu.

Terus menahan diri.
Berharap yang di seberang sana ikut menahan diri.
Bukan membenci.
Tapi tak ingin menyakiti yang lain.
Belajar mengikhlaskan.
Pelajaran yang paling susah bukan?

Tak berharap semua kembali sedia kala.
Kaca yang pecah pun tak bisa disusun kembali bukan?
Pun tak berharap ini menghilang.
Karena ini goresan indah.


#pergisebentar ingin ke Palembang

Beberapa hari ini menyisipkan secuil doa: semoga di accept training ke Palembang.
Cukup remeh bagi sebagian orang, kan bisa backpacker sendiri. Tapi kan ga ada "tujuan" di sana. Namun terlalu serakah bagi yang menganggap yang kuterima saat ini sudah cukup.

Ku hanya ingin merasakan atmosfir kehidupan di sana. Walaupun Jawa tetap tujuanku. Tidak salah kan rasa ingin tahu ku? Setelah melewatkan training ke Medan haruskah melewatkan Palembang? Semoga jangan, walau harapan semakin tipis.


Please...


Sabtu, 08 September 2018

Sladder (8): gaya hidup apa gaya pamer?

Mari move on dulu dari obrolan anak rantau ke obrolan antar supervisor. Sebut aja Tara dan Popo.

Minggu ini hampir setiap hari hujan, 2 dari 3 supervisor memilih duduk sejenak di gerai junkfood sambil bertukar cerita di kantor. Walopun 1 kantor, 1 team, tapi beda unit jadi jarang cerita-cerita hal di kantor yang visa direlaksasikan bareng (kebiasaan jelek!) kecuali kerjaan kantor.

👩Tara: untung hari ga hujan. Nanti pulang ku anterin naek motor ya
👧Popo: eh.. (agak diem) gausah gapapa deket kok sama kosan (sambil ngeri diboncengin orang ga paham rambu 😅)
👩Tara: oh yaudah... Eh apa aku harus beli mobil ya?
👧Popo: loh kenapa? Butuh mobil mau kemana?
👩Tara: gini lho.. Minggu kemaren kan hujan terus. Rumahku jauh kan. 👩Tara: jadi naek motor pake jas hujan kedinginan gitu tiap pagi
👧Popo: hmm (masih ngunyah makanan)
👩Tara: nah, di jalan ketemu tuh sama si M pake mobil barunya. Pas nyampe kantor liat si A dianter naek mobil. Kan si A kemaren minta dibelikan mobil tuh.
👧Popo: Hahahaaa.. 😂😂 (langsung stop makan) Terus kamu ngerasa...
👩Tara: iyaaaa.. (motong ucapan) Mana si W kan pasti dianter naek mobil. Si E sama si I uda pasti pake mobil pribadi. Rumahnya sama jauhnya kaya aku (nyebutin semua nama anak buahnya sambil nyerocos)
👩Tara: Sedangkan kita??
👧Popo: Hahahaha (masih ketawa ngakak sambil meratapi keadaan. Gasanggup jawab)😂😂
👩Tara: Pasti telponlah kita minta tolong driver kantor yang penurut itu
👧Popo: hahaha.. Iyaa. Kamu naek motor, bu N naek motor. Lha akunya lebih parah lagi, jalan kaki.😂😂
👧Popo: Kalah ya kita sama bawahanmu itu semua 😂😂
👩Tara: iyaaa.. Masa kita naek motor mereka semua naek mobil.
👩Tara: Aarrrgghh (sambil frustasi). Masa sih aku harus beli mobil jugaa
👧Popo: Hahahaa (tetep ga ngasih solusi)


Menurutmu gimana?
Ikuti kebutuhan, keinginan, apa ego kita? #Pfft. Selamat dipikirkan






Nb: cerita ini adalah kenyataan yang patut ditertawakan tapi bukan untuk diambil hati.