Pages

RSS

Welcome to my Blog
Hope you enjoy reading.

Minggu, 24 Maret 2019

Sladder (13) perempuan

Sebelum ngomongin perempuan mari kita beri sedikit belas kasihan kepada lelaki yang menjadi belahan jiwa perempuan. Serta applause dan support supaya mereka tetap tegar bersama perempuan. Hihihii

Sudah kodrat perempuan itu untuk manja dan meminta. Kodrat laki-laki adalah kembali setelah lelah berpetualang.
_laki-laki setengah baya di masa puber kedua yang mengaku sudah menaklukan banyak hati wanita_

Gini enaknya jadi istri, bisa minta ke suami.
_wanita karir beranak 1_

Kami lelaki cuma ingin dihargai dengan boleh membayar belanja kalian
_laki-laki bujang lokal_

Sebelumnya ga terlalu peduli dengan lingkungan. Cocok hayuk, ga cocok tinggalin. Tapi tingkah laku seorang teman perempuan membuatku ingin berbelas kasihan kepada laki-laki.

👩Lida: traktir doong, kemaren ga jadi-jadi
👧Popo: ok. Es krim kan? Ayok

Sampe tempat makan
👧Popo: kok ga jadi beli eskrim?
👩Lida: gak usah deh, ini aja.
👧Popo: yakin? Ok deh.

Esoknya (lagi ngobrolin makan siang)
👩Lida: iya nih, bingung mau makan apa
🙆Susan: halah biasanya juga langsung kabur makan di luar. Atau minta traktir dia aja (nunjuk aku yng baru datang)
👧Popo: kenapa? (bingung)
👩Lida: dia tuuhh, janjinya mau nraktir. Baru sekali uda disombongin.
👧Popo: lah, ada apa? Siapa yang sombong?
👩Lida: kamu tuh, katanya mau nraktir, tpi ga jadi-gaji
👧Popo: siapa yang mau nraktir? Kan kamu yang kemaren minta di traktir. Lagian kenapa diungkit-ungkit sih kaya cewek aja... (dan berlanjutlah perdebatan)

Bayangkan, situasi kaya gini yang sering dialami laki-laki. Belom lagi kalo udah bilang 'terserah' atau 'gapapa'. Alamat langsung bingung menerjemahkan 1001 makna di dalamnya. Beda timing beda arti juga. Hahahaa poor boy

Pernah juga dapet kode dari seorang teman.
Lagi nyamperin temen masih nyelesaiin kerjaan
👩Lida: ... Iyaa ini mau diselesaikan soalnya habis ini mau jenguk si A (temen kantor)
👧Popo: lho, dia sakit? Ikutan jenguk dong. Kok g bilang mau ke sana. Untung aku mampir ke sini
👩Lida: ini kan bilang..
👧Popo: hah? Kapan?
👩Lida: itu tadi. Kamu harus ngerti dong maksud perkataanku
👧Popo: *bengong* astagaaa tadi ngode biar aku ikutan nemenin jenguk? #clueless

Terus semangat kepada laki-laki untuk bisa menaklukan perempuannya. Perempuan makhluk ciptaan yang istimewa lho! Jangan seperti aku, segenderpun masih harus bisa diperlakukan kaya laki-laki. Terus bersyukur jodohku nantinya laki-laki. Bukan perempuan. Pfft

Dongkol?
Tenang aja pembalasanku ada saat menjadi 'supporter' perempuan yang lagi window shopping. Never failed. Selalu sukses menguras dompet lebih dalam.
Eh, dompet dia apa dompet si doi ya?


Farewell


Ketika kita berpisah dengan seseorang apa yang biasa kita sampaikan? Good bye? Atau see you next time? Kata tersebut kurang lebih artinya sama saja, namun kadang tersimpan doa di dalamnya. Contohnya jika kita bertemu dengan seseorang yang menyenangkan biasanya kita akan berkata see you next time bukan? Dengan harapan dalam perpisahan tersebut kita akan dipertemukan kembali dengannya. Coba kalo seseorang tersebut menyebalkan, pasti 'bye' sudah lebih sari cukup sebagai kata perpisahan.

Ini yang sedang kulakukan setiap weekend di 3 minggu terakhir. Mencoba mengucapkan kata perpisahan kepada barang-barang yang menemaniku di 6 tahun terakhir ini. Yup! Menemani perayaan 6 tahun merantau finally ku memutuskan berpisah. Ada alasan kenapa aku meminta berpisah dengan paksa (eh ngomongin apa sih ini ya >.<) tidak lain dan tidak bukan adalah karena tertekan. Iya, T.E.R.T.E.K.A.N.
Eh, ga percaya ya?
Mungkin sebagian orang tertekan karena ditanya kapan lulus? Kapan kerja? Kapan nikah? Kapan punya anak? Kalo aku tertekan cukup karena barang. ( eh, tapi pertanyaan 'kapan' juga bikin tertekan sih selain karena kerjaan heheh)


Meet me,,
Wanita pekerja ✔
Bertemu banyak relasi✔
Hobi belanja❌
Hobi makan✔
Hobi menyimpan barang✔
Melankolis✔


Bisa dibayangkan kombinasi itu menumpuk barang selama 6 tahun dalam ruangan 4x6 meter persegi hanya menyisakan sedikit ruang untuk ibadah. Oke, coba bayangkan lemari penuh sesak barang sehingga tidak bisa di tutup. Meja penuh barang printilan dari alat make up hingga barang barang pajangan dan seluruh kolong berisi kotak-kotak berisi barang.

Belajar dari beberapa dokter kita tidak boleh judge depresi kepada seseorang tanpa konsultasi dokter. Tapi ketika pekerjaan tidak terlalu bersahabat apalagi yang kita cari di tempat kita "pulang"? Ketenangan dan kenyamanan itu pasti.



Look at this!
Finally I do it!
Dalam 3 minggu akhirnya mengumpulkan barang dalam 6 box yang telah lama menginap di ruanganku. Sebuah proses yang lama dan menyengsarakan >.<
Udah selesai? Tentu aja belum! Ternyata mengumpulkan barang cukup bikin stres juga ya, makanya sedikit jeda sangat berarti. Jadi heran karena punya teman yang hobi berbenah dan bebersih.

Seorang teman baru 6 bulan menempati tempat tinggal baru tapi sudah 3 kali melakukan redesign tempat tinggal dari sekedar arah ranjang sampai ke tetek bengek lainnya seperti menggantungkan pakaian. Supaya ga bosan katanya.
Teman yang lain hobi bebersih total alias cuci-sapu-pel-lap everyday, bukan hanya sapu aja atau cuci aja but all of them dalam satu paket.

Bukan banyaknya cerita mengenai Marie Kondo atau seni hidup minimalism yang bikin bebersih macam ini. Karena bebersih rutin dirasa tidak cukup meredakan rasa gundah gelisah yang ada akhirnya dilakukanlah sidak besar-besaran. Sejenis mertua mau sidak ke rumah menantunya gitu lohh >.<


Penasaran sama isinya apa aja?

  • Tenang aja, box paling besar ga penuh kok. Baru setengahnya aja, isinya baju-baju layak pakai yang siap disumbangkan (atau mau di preloved juga boleh hahaha) pas ada moment. Sebagai penganut cuci-kering-pakai tentu bakal sedikit baju yang terpakai, yang tidak terlalu mengena di hati akan dihempaskan dalam-dalam di tumpukan terbawah baik yang menemani penampilan ter-tomboy sampai agak-lumayan-dikit benernya
  • Disampingnya itu gumpalan plastik yang dengan rapinya di lipat setiap habis bongkar belanjaan. Siap diberikan kepada bulek jualan sayur yang sering lewat. Ga ngerti lagi kenapa setiap bongkar belanjaan selalu lipat tas plastiknya sampai rapi. Tapi karena sekarang jdah jamannya tas kain jadi kemana-mana bawa tas kain deh (dan mulai banyak terkumpul lagi)
  • Yup, yang nongol itu beneran tas layak pakai dan beberapa boneka di dalamnya juga tumpukan sepatu sampai di box bawahnya. Tas memorable yang dibeli awal kerja memang susah untuk direlakan. Tapi karena alasan kesehatan jadi ga pernah dipakai lagi kenapa ga di relakan aja?
  • Kotak depan di meriahkan oleh kertas bekas yang menumpuk dan sekotak printilan barang pemberian di samping make up kadaluwarsa. Iya bener kadaluwarsa saking ga pernah dipake heboh di muka. Diberi souvenir, oleh-oleh dan barang pemberian lainnya sungguh menyenangkan tapi kalo sudah sebanyak itu dan terpajang di seluruh permukaan meja dan lantai mau tinggal dimana kita?


Sudah happy? Belum.
Tapi menurut sinopsis buku 'seni hidup minimalis' atau bukunya Marie Kondo yang 'Magic of Tidying Up' (eh ini masih baca sinopsisnya aja ya belum dibeli bukunya) intinya adalah tidak semua barang memberikan efek menyenangkan pada kita, dan kita harus mengeliminasi barang yang tidak memiliki efek menyenangkan pada kita dengan memasukkannya pada box untuk dapat disingkirkan kemudian. Buku mereka sesungguhnya mengacu pada efek kegiatan konsumtif yang ternyata bisa bikin stres juga sebagai imbas balik dari efek menyenangkan dari hormon endorfin menemani kita window shopping.

Menurut saya, saya tidak terlalu konsumtif, tidak juga terjerat kartu kredit. Belum berencana mengikuti hidup minimalis yang banyak di gembor-gemborkan (tapi beli barang yang prestise nya lebih lagi). Saya hanya ingin kembali kepada kebahagiaan. Seorang teman pasca divonis depresi ringan memberi saya pelajaran bahwa hidup bukan hanya tentang bekerja (yang sedikit banyak memberi tekanan dibandingkan kehidupan pribadi sesungguhnya) tapi bagaimana mengembalikan akal sehat kita dengan aktifitas kita. Dia dengan memasak, teman yang lain dengan bebersih, banyak teman yang lain dengan mengunjungi tempat seru di berbagai penjuru (and spending money!), sahabat yang sering berkomunikasi dengan peliharaannya dan saya dengan 'bercerita' yang mulai saya lupakan.


Selamat malam dan selamat tinggal barang-barangku!

Sedikit salam dari Anne Marie
Ciao adios, I'm done...

Minggu, 03 Maret 2019

Sky castle is enough! Sedikit review



Tidaaaakkk!
Aku ga sanggup lagiiii 😢😢😭😭



3 hari terakhir berkutat dengan sky castle yang banyak di rekomendasikan bagus banget buat diikuti. Tapi itu bohong! Drama korea ini ga bagus diikuti kalo kepala pusing dan dijadikan selingan refreshing kerjaan. Buktinya sepanjang weekend ini kepala makin pusing dan sky castle belom kelar! Rasanya pingin banting bating barang frustasi nonton drama yang kebanyakan plot twist.

Sudah jadi hal lumrah kalo keluar dari nonton bioskop kita komen terhadap film. Misalnya, "eh, keren banget pas bagian berantem tadi" atau "lucu banget deh" bahkan "ish, ga sesuai ekspektasi". Gitu juga ekspektasiku kalo nonton drama korea atau film lainnya. Bukan ekspektasi lagunya Kunto Aji yang menyayat hati itu lho ya. Bagiku film adalah suatu hiburan apapun genre ya. Ok, horor ga termasuk. Karena kebanyakan bikin badmood karena cerita atau alurnya yang aneh. Sepersekian aja yang ok. Bukan karena takut lho ya.

Kebanyakan komentar setelah nonton adalah "wah, keren part A" atau "aduuhh part B nya bikin baper" mungkin juga "lucu banget". Karena sejujurnya dari sebuah film kebanyakan sudah ketebak endingnya yang kebanyakan happy ending. Jadi ya kalo nonton nikmatin plot twistnya dong. Anaknya suka drama ini. Hehe. Pelajaran how to solve their problem gitu loh, biar anaknya banyak belajar. Tapi ada beberapa film bagus karena endingnya tak terduga, Murder on the Orient Express termasuk salah satu film bagus yang unexpected ending.

Ok, back to sky castle. Sky castle ini termasuk drama yang bermain dengan psikologi menurutku. Pernah dong nemenin ibu atau neneknya nonton sinetron terus ibu sama nenek ini histeris "eeehhh jangan mau dibodohin, bodoh banget sih" atau "penjahatnya dateng! Penjahatnya dateng!". Biasanya sih akh bakal ketawa kenceng atau lebih ke arah sebel. Rasanya pengen ngucap "drama aja gitu looh, gausa sampe baper kalii".

Sky castle ini menurutku sukses bikin baper dan uring-uringan walaupun baru setengah jalan nontonnya. Sky castle ini menceritakan tentang sekumpulan keluarga sukses di kawasan elit yang ingin anaknya juga sukses seperti mereka. Drama yang ambisius. Ambisius untuk mencapai tujuan. Bagus sih, supaya anaknya ga ngerasa menderita nantinya. Tapi tentu aja ada efek sampingnya doong. Drama ini relate banget sama emak-emak deh. Ketika sudah emak-emak lalu bandingin anak kita dengan anak orang lain. Yang pernah jadi anak-anak banyak yang paham rasanya dibanding-bandingkan dan 'dipaksa' pasti. Walaupun banyak quote psikologi yang bilang jangan banding-bandingkan anak kita, atu jangan berkata jangan karena efeknya ga baik buat mereka. Tapi tradisi mendidik anak biasanya turun menurun bukan? Soalnya ga ada buku panduannya, otomatis kita belajar pada tetua dong.

Bener banget kalo drama ini mainin psikologis. Klo biasanya sebel sama orang yang treak dan komenin film, mungkin aku sudah dilempar barang-barang kalo nontonnya rame-rame saking histerisnya. Tonton deh! Yang berjiwa emak-emak pasti sepemikiran. Anyway ku belom emak-emak alias masih kinyis-kinyis kaya kaka kaka. Sky castle ini drama berat kedua yang kutonton dan bikin uring-uringan setelah Kill Me Heal Me yang emang bercerita tentang seseorang yang memiliki banyak kepribadian. Ibarat kata nonton drama korea lain entah comedy, action, atau roman itu kaya baca novel teenlit atau baca komik. Kalo nonton drama sejenis buka novel dewasa atau filsuf kali ya. Dengan plot yang cepet banget dan mikir banget. Seperti biasa drama korea pasti bakal totalitas untuk bikin setting yang oke di masing-masing scene dibanding beberapa film lokal 'naga-naga' an yang sempet hits. Dan karena filmnya tentang orang kaya yang sukses dan bukan chaebol rasanya film ini jadi lebih relate dengan kehidupan sehari-hari kita yang walaupun kita mampu kita tetep butuh usagmha mencapai sesuatu. Kalo chaebol kan selalu digambarkan everything is ok dan apa-apa gampang walaupun ada juga kisah 'kutukan menjadi chaebol'.

Setelah 7 episode dan gak ditonton dalam waktu berdekatan, baru deh nonton nya mulai relaks. Ga sampe uring-uringan kalo nonton. Bukan jadi drama pilihan untuk hiburan saat penat, tapi bagus karena banyak value betapa mengerikannya suatu ambisi... Yang tak terkontrol tentunya.

So, happy watching! Kalo ga kuat sambil di selingin baca komik supaya ga ikutan bunuh diri atau malah depresi jadi maen ke psikiater. 😊😀😊😀







Pics from google