Pages

RSS

Welcome to my Blog
Hope you enjoy reading.

Sabtu, 28 November 2020

Ditipu Investasi (5): Nabung Emas

 

“Kak, ku main saham kok rugi terus ya? Huhu”

 

Kira-kira apa jawabanmu?

“wah kamu perlu download aplikasi ini nih, kamu bisa blablabla. Cuan deh pasti”

“kamu harus belajar lagi tuh, coba pelajari ini blablabla”

Itu jawaban jikalau menjadi manager investasi ataupun sudah expert

Jikalau ternyata tergolong dalam konservatif people dalam investasi?

Tinggalin aja.

 

Mungkin ada yang sebel dengernya. Tapi sebagai orang yang tidak memiliki waktu untuk menganalisa, kenapa kita tidak memilih jalur yang tidak menghabiskan energi dan waktu kita sehingga kita bisa produktif di tempat lain.

Karena produktif adalah koentji

 

Sepertinya lembaga keuangan cukup banyak yang melek digital terbukti dengan banyaknya fintech yang muncul dan dengan fitur-fitur menggiurkan untuk dipilih. Terlepas dari ‘manisnya’ promosi yang gencar dilakukan.

 

Salah satu fintech yang sedang kucoba adalah Pegadaian digital. Kenapa pegadaian? Karena Emas.

Emas di masa pandemic ini semakin menjadi primadona karena harganya yang meroket tajam. Walaupun berdasarkan hasil research meningkatnya harga emas pada periode-periode sebelumnya sebanding dengan menguatnya dollar alias dari asalnya sebenernya ga naik banyak tapi menjadi naik di Indonesia karena rupiah melemah. Tapi kenapa engga di coba? Toh harga emas cenderung menguat dari waktu ke waktu.

Ada 3 tempat yang cukup kupercaya terkait emas, Antam, Bank Syariah Mandiri, dan Pegadaian. Nah, pegadaian terpilih karena memiliki fitur nabung emas. Karena akutu tipikal yang beli sejumput-sejumput kalo butuh uang dijual lagi #eh. Apalagi sekarang udah ada digitalnya, semakin membantu jiwa-jiwa mager ini deh. Menurutku, pegadaian ini cukup bisa mengakomodasi kebutuhan penggunanya sih dengan meluncurkan pegadaian digital. Yah, ibarat kata meluncurkan mobile banking untuk memudahkan transaksi ya.

Sebagai konservatif people tentu saja bukan all fitur yang dipilih. Cukup fitur yang menurut hati, jiwa, dan raga ini aman dan mudah diakses tidak lain dan tidak bukan adalah nabung emas. Setelah beberapa hari pakai, ternyata dari awal registrasi cukup mudah hanya memasukkan data sesuai ktp dan memilih kantor padanan pegadaian untuk buka rekening dan ambil buku tabungan. Mau nabung juga cukup mudah, mau sesuai nominal uang yang kita punya atau sesuai jumlah gram yang dimiliki. Sesuai budget lah pokoknya. Skemanya kurang lebih seperti pembelian reksadana gitu deh. Udah gitu bisa dibeli dari jam 2 pagi sampe 10 malem! Cukup panjang untuk ukuran menabung dengan konversi ke bentuk lain. Untuk reksadana/ saham saja ga sampai selama itu. Jadi bisa deh beli after office hour.

 

Yah, tentu saja ada beberapa yang kurang maksimal kurasakan. Karena malas aktivasi G-cash karena malas video call dengan customer servicenya jadi deh terpaksa harus menggunakan virtual account yang tentu saja kena charge. Huhuhu. Untungnya banyak pilihan bank yang bisa dipilih

 

Karena masih baru tentu saja belum nyoba experience nyairinnya dong dong dong. Mari doakan ku diberikan banyak rejeki dan kesehatan yok biar tetep sehat dan tetep bisa nyobain fintech-fintech lainnya yaaaa. Supaya tetap sehat dan tetap bisa jalan-jajan lagi. hihihi



Pandemonium’s Journal: Checkout

 

Bedroom situation

👩🏾: wah, lagi belanja nih

👧: Hehe. Iya nih, lagi cari kado

👩🏾: Ku juga nih. Kira-kira checkout kapan ya?

👧: Lah, belanja juga? 😅

 

Cellphone situation

👩🏼: pengen belanja nih, bingung

👧: Oh, belanja apa? Sini dicarikan.

👩🏼: Blablabla (sebut belanjaan)

👧: (screenshoot keranjang belanja ecommerce lalu kirim) ini cukup?

👩🏼: Nambah blablabla dooong

👧: buset, personal assistant nya sekarang lintas kota yak

 

Another Bedroom situation

👧: kayaknya tadi ada paket dateng ya?

👩🏾: iya baru dateng

👧: unboxing dooong, pleaaaaase (with puppy eyes)

👩🏾: ok

*unboxing*

*komentar*

*trial barang*

👧: tenkiu, balik dulu ya

👩🏾: …

 

Living room situation

👸: Nonton film apa nih kita?

👧: Yang itu aja (sebut judul)

*mulai nonton film*

👸: Cariin jodoh dong,,

👧: (bingung) eh, gimana?

👸: …

*balik nonton film*

👧: Mendingan beli yang ini apa yang ini? (nunjukin keranjang belanja)

👸: Lucuan yang ini kayaknya

👧: Ok thanks

*nonton film lagi*

👸: Wah, si itu nikah. Masih kecil lho padahal (sambal lihat socmed)

👧: Oooh, emang udah ketemu jodohnya aja

👸: Gimana iniiii 😭

👧: Gimana apanya?

👸: Adek-adek kita (maksudnya yang usianya lebih muda dari kita) lagi sibuk nyari dekor prewed kita kok pusing checkout belanjaan mulu

👧: 😭

Pandemonium’s Journal: 2020 Rewind

 

Bulan ke Sembilan semenjak coronavirus ‘happening’ di Indonesia atau setidaknya setahun sudah virus ini menjadi objek perbincangan di segala lini kehidupan. Bahkan kini kita telah sampai pada era kebiasaan baru walaupun nampaknya belum akan ada penurunan jumlah yang terkonfirmasi positif. Pastilah sudah banyak kebiasaan yang berubah di era kebiasaan baru ini. Mulai happening virus ini -sebagai millennial penuh kekepoan dan bahan gibah alias bahan perbincangan di kehidupan bersosialisasi untuk mewujudkan keingintahuan serta kenyambungan perbincangan dengan siapa saja- tentu saja kita banyak mencari tahu update terbaru terkait penyebab awal hingga kondisi terkini. Seperti haus akan informasi, tentu saja semua berita kita serap tanpa tau berita tersebut berdasarkan fakta, kesalahan penafsiran, hingga hoaks.

Waktu terus berjalan hingga mual dan kecemasan muncul ketika mendengar mengenai pandemi ini di media hingga mulai memfilter berita serta mengalihkan banyak aktifitas mengganggu kecemasan (Quarantine day xxx) untuk mendistraksi. Namun, sudah sedekat apa virus ini di kehidupanmu? Sudah sedekat rekan satu lingkungan terinfeksi, atau sedekat seluruh anggota keluarga wajib swab karena indikasi kontak dengan penderita? Mungkin nantinya virus ini akan bermutasi ataupun tubuh kita memiliki immunity namun kondisi saat ini adalah kondisi ketika 1 abad yang lalu virus influenza adalah pandemi, bukan virus yang sudah melekat dalam kehidupan kita sehari-hari.

Semakin waktu berjalan semakin membuka mata pula terhadap nyatanya kesehatan mental. Tidak melulu mengenai depresi, bunuh diri, atau mungkin bahkan sakit hati(?) Beberapa dari kita memang butuh untuk menerima supaya bisa menyembuhkan hati dan berdamai dengan keadaan. Banyak memang masalah hati yang mengganggu aktifitas kehidupan bahkan penerimaan terhadap orang lain. Dalam keadaan lebih buruk akan menuju stress dan depresi, namun ternyata kecemasan berlebihan juga bisa amat sangat mengganggu.

Tahun 2020 sudah hampir usai, ketika semua harapan hampir pupus mari kita terus berdoa untuk Kesehatan dan kewarasan kita.

Kawan, lihatlah ke depan
Dunia terbentang panjang
Kita lewati halang dan rintangan

_pee wee gaskin – ikut aku ke bulan_

 

Sudah pulangkah Anda tahun ini