Berada di bulan September itu ibarat mendapatkan permen sebanyak-banyaknya.
Menggiurkan.
Tapi harus menahan karena tau akibat dibelakangnya.
September tak pernah menjadi bulan yang menenangkan.
Selalu menegangkan.
Tak peduli sekarang.
Ketika semua sudah berlalu.
Bahkan detak jantung tak berkompromi.
Tak masuk akal.
Bekerja telalu keras disaat ingin istirahat.
Gelisah.
Seperti ada yang ditunggu namun telah hilang.
Apapun itu.
Terus menahan diri.
Berharap yang di seberang sana ikut menahan diri.
Bukan membenci.
Tapi tak ingin menyakiti yang lain.
Belajar mengikhlaskan.
Pelajaran yang paling susah bukan?
Tak berharap semua kembali sedia kala.
Kaca yang pecah pun tak bisa disusun kembali bukan?
Pun tak berharap ini menghilang.
Karena ini goresan indah.