Pages

RSS

Welcome to my Blog
Hope you enjoy reading.

Senin, 12 Desember 2016

Cerita dalam kotak besi

Bangun kesiangan hari ini di sponsori oleh perjalanan Samarinda-Balikpapan menembus gelapnya malam diiringi hujan angin yang dinginnya merasuk jiwa #mulaihiperbola.

Tapi memang perjalanan antar kota semalam berhasil menarik lembaran kenangan-kenangan yang terus berputar di kepala hingga menarik ujung bibir keatas selama menemani sang driver yang berkonsentrasi menembus gelapnya malam.
Ketika pikiran sang pembalap tertuju pada keluarga di rumah, pikiran saya tertuju pada the closest ones dan pikiran teman-teman semobil saya berada di alam mimpi hihihi... 😁


Mobil. Malam. Hujan. 3 hal yang mendekatkan saya. Bahkan saya sering menjuluki diri saya cewek bensin karena kerjaannya ngabisin bensin orang tua cuma buat berdiam diri di mobil menikmati dinginnya malam berteduh dari derasnya hujan. Maafin yah bapak ibuk🙇. Tapi memang cukup cahaya mobil saja yang tau ada banyak cerita disana. Jauh dari makanan enak restauran ataupun terangnya cahaya mall. Yang tadinya diam menjadi banyak celoteh, yang marah menjadi redam, yang pernah berceloteh banyak pun pernah terdiam. Dimualai dari terangnya cahaya bulan dan bintang hingga air dari langit mulai memebersihkan mobil kami bahkan sampai cahaya bulan kembali menerangi. Semua berjalan seperti sebagaimana mestinya menyaksikan apa yang terjadi di dalam kotak besi itu.

So you hit the lights and I'll lock the doors
Let's say all of the things that we couldn't before
Won't walk away, won't roll my eyes
They say love is pain. Well, darling, let's hurt tonight
If this love is pain, then, honey, let's love tonight
.let's hurt tonight-one republic.


Masih dalam rangka menemani sang pembalap yang mulai susah berkonsentrasi karena panggilan-panggilan dari rumah yang terus menyaut karena orang di rumah sudah mulai resah keluarganya belum kunjung kembali. Nampaknya cappucino hangat yang kami bertiga minum tadi kurang manjur, buktinya yang seharusnya menenani pembalap kami justru sudah sampai duluan ke bukit mimpi. Nampaknya hanya kegelisahan dan kenangan yang bisa membuat kami terus melihat jalanan panjang menuju rumah.

Perjalanan ini tak hanya mengingatkan saya pada perjalanan antar provinsi di tengah pulau jawa menuju selatan pulau jawa yang berkelok dan berbukit tapi juga pada perjalanan dari tengah menuju timur pulau jawa yang sering kulalui di malam hari dulu. Ya, dulu saat masih sering membelah jalanan bersama ribuan orang ketika gema takbir kemenangan berkumandang di sepanjang jalan. Bergantian menemani bapak yang nyetir di gelapnya malam dan sesekali mengulurkan stok makanan minuman hingga fajar menyongsong di tempat tujuan. Saat yang saya cari hanya Bulan "mengikuti" saya selama perjalanan di sebelah mana. Bulan yang "menjaga" dan "menemani" perjalanan kami. Karena ketika bulan tidak nampak maka saya akan gelisah mencari ke semua arah.

Where are you now?
Where are you now?
Where are you now?
Was it all in my fantasy?
Where are you now?
Were you only imaginary?
.faded-alan walker.

Walaupun lembaran-lembaran itu masih terus keluar masuk pikiran namun syukurlah kami sudah sampai dengan selamat dan pembalap kami sudah kembali ke pelukan keluarganya dengan penuh kelegaaan.
Pengobat rindu yang harus kutempuh menggunakan burung besi melintasi laut jawa membuatku semakin rindu menikmati membelah jalan panjang bersama Bulan-ku.