Pages

RSS

Welcome to my Blog
Hope you enjoy reading.

Minggu, 10 Juni 2018

Surat untuk Fajar

Teruntuk Fajar yang cemburu kepada Senja,,


Twilight



Senja memang addictive, hanya mampir sekejap mata sebagai pertanda bahwa kita harus berhenti sebentar sebelum mulai berlari lagi. Twilight!! Mungkin itu persamaan senja dan fajar yang bisa kita lihat di waktu yang berbeda.



Berikut ceritaku mengejar sang Fajar,,







Bertahun-tahun di tanah rantau bukan berarti sudah hapal semua tempat disini, bisajadi justru menutup untuk mengenal dunia luar dengan harapan segera berpindah ke lain ladang. Tapi ternyata sampai detik ini pun masih survive di tempat ini #amazing #alhamdulillah. Maka kesinilah kami,,

Dimulai dari janji temu jam 3 pagi yang sudah disepakati di penghujung senja. Berbekal jaket untuk menghalau dingin akhirnya berangkatlah kami menempuh ±70km perjalanan yang ±20km nya jalan sempit berkelok tanpa aspal melewati rumah warga dan ladang buah naga sampai akhirnya kami harus mengganti kendaraan.
Jadi ceritanya ada beberapa yang naik mobil atau pakai motor yang sudah dipastikan tidak akan kuat nanjak dan rawan jeblok di jalan licin (luar biasa banget lah medannya). Oiya, disediakan ojek disini untuk menempuh ±2km dengan harga setara naek ojek online 20km.
Kita masih harus jalan menanjak lagi sekitar 20 menit setelah jalur kendaraan habis. Jalan hati-hati di gelapnya malam didampingi jurang di kanan dan kiri. Untungnya semalam ga hujan, jadi jalan tidak terlalu licin.

Oiyaa bagi yang jarang olahraga dan mau kesini disarankan beberapa hal
-stretching dulu sebelum nanjak atau nanti badan bakal pegel-pegel dan capek atau bahkan kram di tengah jalan (ini sih yang pling bahaya, untung kemaren ada yang kram sebelum nanjak di bebatuan)
-pakai baju tertutup kecuali mau masuk angin dan badan kegores pas mau jalan di lorong batu
-pakai kaos kaki dan sepatu boot kalo bisa. Karena banyak hewan dan rumput liar yang bisa bikin alergi badan. Dan sayang banget sih kalo harus pake sepatu unyu unyu kesini.


Dawn



Setelah berjalan di kegelapan lumayan lama dan nafas sudah megap2 akhirnya berhentilah kita di satu gundukan batu untuk beristirahat dan mencoba menyehatkan mata dengan hamparan yang terbentang sampai fajar menyingsing.


Terima kasih Fajar, karenamu akhirnya bisa kulihat juga karunia-Nya yang mungkin sempat kuabaikan. Bagiku, Fajar adalah perjuangan, beginning of day, beginning of fasting. Jika awalnya sudah sempurna, maka dya layaknya suplemen bagi hariku. Dan kesinilah aku berburu Fajar, keindahan yang patut diperjuangkan setelah melewati malam sunyi bercampur gelisah.


Batu dinding, Balikpapan



Batu dinding,,
Great wall of Balikpapan
Tanah diatas awan
Suatu keindahan yang patut diperjuangkan
Bersama berburu sang fajar
Mungkin suatu hari aku kan datang kembali ketika merindukan senja


Great wall of Balikpapan

















Negeri diatas awan