Tau kan kalo berlebihan itu gak baik?
Berlebihan bekerja
Berlebihan berfikir
Berlebihan mencintai
Berlebihan makan
Apapun itu.
Seminggu sudah teguran itu datang dengan memaksa mengistirahatkan badan dari segala aktifitas di saat semua justru sedang hectic. Tapi apa daya ketika badan yang meminta.
Seminggu sudah berhenti memuaskan pencernaan dengan semua yang memikat mata dan mulut. Demi kesejahteraan lambung.
Seminggu sudah berjuang sendiri tanpa keluarga/orang terdekat karena semua sudah 'hidup sendiri-sendiri'. Well, may it people says when home not like home anymore. #baper
Ketika masa penyembuhan tiba, ternyata teguran belum selesai datang. Walaupun hanya berupa 'sisa' gempa tapi dampaknya sungguh luarbiasa.
Sedikit ingin bercerita, kota ku merantau tidak dilewati oleh cincin api pasifik yang artinya aman dari gempa sehingga penduduknya pun awam terhadap situasi gempa. Tapi ketika gedung 7 lantai kantor kami 'berguncang' sambil terperangah dan shock kami keluar dari gedung dan mengura ada yang salah dengan kantor kami. Belum sempat tenang, ketika mencari tau apa yang terjadi saya berhenti pada kata 'berpotensi tsunami' setelah rangkaian kalimat 'terjadi gempa 7,7 SR di Palu'.
Otomatis kepala langsung menoleh ke hamparan laut yang ga sampai 50 m di hadapan saya. Memang benar Balikpapan dan seluruh aktifitasnya berada di pesisir pantai, maklum saja jalan utamanya mengikuti alur pantai. Jadi ketika ada tsunami seberapapun tingginya (yang syukurnya tidak terjadi) pasti akan memakan banyak korban.
Ps: gambar diatas diambil dari gedung kantor saya
Ternyata sedekat itu saya dengan ajal jika yang berkuasa mengijinkan. Alhamdulillah masih diberi umur dan dikembalikan sehatnya. Sedikit bersyukur karena keluarga di rumah ga tau kalo Palu dan Balikpapan sedekat itu dan pusat gempa sedekat itu dengan posisi saya saat ini. Apa yang terjadi jika Allah menghendaki tsunami bukan bergerak ke timur tapi ke barat. Masihkah saya disini?