Jalan Menuju Kertajati #bukanmobilsaya |
Dulu, Bandung adalah kota yang pernah menjadi cita-cita untuk kudatangi. Sekali menginjakkan kaki di Bandung, ternyata Bandung memanggilku lagi dan lagi dengan caranya. Masih belum move on, terakhir, Bandung memanggilku dalam sebuah longtrip pada short-escape ku.
Juli 2019 Bandung memanggilku melalui Bandara Internasional Jawa Barat di Kertajati, Majalengka. This is a first airport by Governor! Alias tingkat provinsi. Sempat terkagum-kagum sebelum menemukan fakta bahwa sudah ada bandar udara Abdul Rachman Saleh Malang yang juga dikelola provinsi. Trend ternyata tidak hanya sekedar fashion dan makanan saja pemirsa. Mungkin trend juga mulai bergeser ke kepemilikan bandar udara oleh provinsi setelah sebelumnya Bupati dan Walikota berebut mengkaji wilayahnya sebagai 'pasar' yang baik untuk pembangunan bandar udara. Sesuatu yang dianggap menjanjikan sebagai penambah income dan peningkatan ekonomi daerah.
Yakin??
Pada kondisi saat ini dimana okupansi, di peak season bahkan, turun mencapai 24 atau 40 persen tentu saja membuat Angkasa Pura sebagai pengelola bandar udara memutar otak.
Apakah ini buruk? Ya dan Tidak.
Buruk tentu saja bagi dunia penerbangan karena bisa jadi terlewat dalam forecasting mereka walaupun ada juga yang melihat peluang lain. Yang pasti dibidang pengangkutan dan perhubungan darat dan air kondisi ini menjadi trigger bagi mereka untuk kembali bergeliat dan berinovasi. Bisa jadi perekonomian di daerah pekerja terjadi kenaikan juga.
Kembali lagi ke bandar udara milik provinsi. Setelah hampir di setiap kota berlomba-lomba memiliki kemewahan bandar udara kini saatnya provinsi yang ingin merasakan kemewahan pendapatan dari kepemilikan bandara yang tentu saja tidak dibangun pada lokasi kota besar. Oiya, next bakal di resmikan juga lho Yogyakarta International Airport di Kulonprogo. Udah tau kan? Lokasinya lagi-lagi bukan di kota besar, apalagi alasannya selain untuk memacu peningkatan dan pemerataan perekonomian daerah. Apalagi sesuai Perda No 22 tahun 2010 tentang RTRW Provinsi Jawa Barat 2009-2029 tertulis bahwa Majalengka akan diarahkan menjadi Aerocity dan menjadikan Bandar Udara Kertajadi sebagai Pusat Persebaran Sekunder menggantikan Bandar Udara Husein Sastranegara yang jadi Pusat Persebaran Tersier alias jumlah penerbangan dan jarak terbangnya lebih sedikit. Eh, tapi kenapa tahun 2016 kemaren bandaranya diperbaiki dan dikembangkan?
Ingat! Planner hanyalah merencanakan. Tetap ada pemangku kewenangan yang membuat kebijakan gaes. Ini tuh ibarat kita sebagai makhluk Tuhan hanya bisa berencana, gitu gak sih? Hehe
Terlepas dari alasan dan kontroversi Bandara Kertajati dibangun, gampang gak sih mau kesana? Sejauh ini bandara terjauh dari pusat kota adalah Bandara Soekarno Hatta (kayaknya?) karena walaupun Bandara Syamsudin Noor Banjarbaru dan Bandara Supadio Pontianak jauh tapi akses cukup lapang (baca: untuk kendaraan pribadi. Karen untuk kendaraan umum masih sulit di Borneo). Bandara Kertajadi ini mengingatkanku untuk menempuh jalur darat dan udara (untungnya ga perlu nyebrang melalui kapal ferry yah! Fyuuuh) sebelum mencapai kota tujuan. Perjalanan hampir 200km menuju bandara (dari pusat kota Bandung) yang ditempuh sekitar 3 jam yang 90% nya melalui tol #tears.
Beruntungnya pemerintah menyediakan fasilitas transportasi darat menuju pusat kota. Dan beruntungnya gratis! Terima kasih Pemerintah! Saranghaeyo #hug. Setelah sebelumnya ditetapkan akan gratis selama sebelumnya akhirnya seminggu setelah launch di tetapkan gratis menjadi 1 tahun! Lumayan hemat budget bagi penumpang dari arah Bandung. Suatu pancingan yang cukup bagus untuk mendukung terwujudnya Aerocity di Majalengka.
Thanks damriindonesia |
Plusnya lagi nih,, beberapa penerbangan yang dialihkan dari BDO ke KJT mengalami penurunan harga. Bukan penurunan sih sebenernya, hanya kembali ke harga asal (yang bukan tarif bawah juga kayaknya T.T). Bandaranya bagus dan luas walaupun belum seluruhnya dapat dioperasikan.
Minusnya setidaknya harus menyiapkan waktu 4 sd 6 jam sebelum keberangkatan untuk bisa naik bus gratis. Jadwal keberangkatan dan tarif normalnya bisa di cek di IG @damriindonesia ya. Nah, jika selanjutnya sudah bisa terintegrasi dengan transportasi lain seperti kereta cepat baik dari pusat kota Bandung maupun dari daerah lain bakal oke tuh. Eh, tapi tunggu hasil pengkajiannya aja deh untuk impact nya.
Semoga ke depannya perhubungan di Indonesia semakin terintegrasi dan semakin maju bukan hanya jadi trademark aja.
Oiya, ke Bandung ngapain aja? Jangan kepo deh! #hehe
Source:
https://m.cnnindonesia.com/ekonomi/20171130220816-92-259399/sempat-dicoret-bandara-karawang-siap-dibangun-2032
https://m.detik.com/finance/infrastruktur/d-4511636/sejarah-panjang-bandara-kertajati-yang-masih-sepi